Monday, December 17

Aplikasi Psikoanalisis


Aplikasi psikoanalisis sangatlah bervariasi, yang paling penting adalah aplikasi di bidang yaitu:
1.         Psikopatologi (Ilmu yang mempelajari kelainan psikis)
2.         Psikoterapi (Ilmu yang mendalami bidang penyembuhan/terapi psikis)
3.        Psikosomatis (Patologi organik yang diawali atau kemudian gejalanya diperberat oleh stimulasi lingkungan nonpatologik)
4.         Pengasuhan anak
Selain itu, psikoanalisis dapat memberikan sumbangan dalam berbagai bidang kemanusiaan, seperti masalah persekolahan, narapidana, kemiliteran, advertensi, social antropologi, kreativitas, seni, dan sebagainya.

Perkembangan Kepribadian


Freud adalah orang pertama yang memusatkan perhatian kepada perkembangan kepribadian, dan menekankan pentingnya masa bayi dan masa awal anak dalam pembentukan kepribadian. Perkembangan kepribadian ini melalui beberapa tahap perkembangan yang pada setiap tahapnya impuls Id mencari kesenangan terfokus pada bagian tubuh tertentu dan pada kegiatan yang berkaitan dengan bagian tersebut.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
·           Tahap Infantil (0-5 tahun)
Menurut Freud tahap ini adalah tahapan perkembangan yang paling menentukan karena pada tahap ini terkait dengan perkembangan biologis dan insting seksnya. Perkembangan insting seks berarti perubahan, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh unutk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (oregenus zone). Nama setiap fase pada tahap ini sesuai dengan bagian tubuh yang menjadi pusat kepuasan seksual.
a.         Fase Oral (0-1 tahun)
       Dalam fase ini, bayi memperoleh kenikmatan dari kegiatan menyusu dan menghisap, mereka akan memasukkan ibu jari atau apa saja yang dapat dijangkau ke dalam mulut mereka.
b.         Fase Anal (1-2/3 tahun)

       Pada fase kedua, anak memperoleh pengalaman pertama dengan kendali yang ditentukan dari luar dalam bentuk pembiasaan kebersihan (toilet training), kepuasan timbul dari upaya menahan atau mengeluarkan kotoran.
c.         Fase Falis (2/3-5/6 tahun)
       Fase falis adalah saat anak memperoleh kenikamatan dari aktivitas memainkan alat kelaminnya. Mereka mengamati perbedaan antara pria dan wanita dan mengarahkan impuls seksual yang terbangkit kepada orang tuanya yang berlawanan jenis.
·           Tahap Laten (5-12 tahun)
Tahapan Laten merupakan tahap saat anak mengalami perbedaan impuls seksual. Anak akan mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya di bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan dengan teman sebaya. Tahap ini juga ditandai dengan percepatan pembentukan Superego, sehigga anak lebih mudah mempelajari sesuatu dibanding dengan tahapan sebelum dan sesudahnya.
·           Tahap Genital (>12 tahun)
Perubahan biokimia dan fisilogis dalam diri remaja terjadi pada tahap ini, dengan mulai diproduksinya hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder dan primer. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Remaja mulai mengalihkan minat seksualnya kepada orang lain dan mencintainya dengan cara yang lebih matang.
Freud berpendapat bahwa masalah yang timbul pada setiap tahap dapat memfiksasi perkembangan dan dapat menimbulkan efek yang membekas pada kepribadian seseorang. Selain fiksasi, juga dapat terjadi regresi, yakni anak yag telah mencapai tahap perkembangan tertentu namun mengalami kesukaran ia akan menurunkan capaian tahap perkembangan tersebut.

Dinamika Kepribadian


Kegiatan psikologik membutuhkan enerji, yaitu enerji psikis yang merupakan enerji yang diubah bentuk dari enerji fisik melalui Id beserta insting-instingnya. Berikut adalah faktor-faktor penentu dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud:
1.         Insting
Perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut kepuasan adalah pengertian dari insting. Secara kuantitatif insting merupakan enerji psikik yang menggerakkan proses kepribadian. Enerji ini dapat ditelusuri kejelasannya melalui: (1) sumber (source), merupakan kondisi jasmaniah atau kebutuhan; (2) tujuan (aim), yaitu usaha untuk mengembalikan ke keadaan tenang sebelum munculnya insting, bersifat konstan, regresif, dan konservatif; (3) objek (object), adalah sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya; dan (4) daya dorong (impetus), yakni kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu.
Ada dua jenis insting yaitu insting hidup (eros) dan insting mati (tanatos). Insting jenis pertama berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan dan seksualitas, sedangkan insting kedua adalah dorongan untuk menghancurkan yang ada pada setiap tubuh manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, sadisme, perang, dan lain sebagainya.
2.         Distribusi dan Pemakaian Energi
Ilmu Fisika sangat berhasil dalam abad sembilan belas, dan Freud sangat dipengaruhi  oleh ahli fisika Jerman, Hermann von Helmholtz, yang berpendapat bahwa peristiwa fisiologis juga dapat dijelaskan oleh prinsip yang sama. Freud sangat terkesan dengan prinsip kekekalan enerji yang menyatakan bahwa enerji dapat diubah namun tak dapat diciptakan ataupun dihilangkan. Selain itu Freud menyatakan bahwa manusia juga merupakan sistem enerji tertutup. Dalam tiap diri individu terdapat enerji psikis yang disebut Libido (nafsu).
Karena jumlah enerji psikis yang terbatas dan ketiga unsur tersebut  mengalami persaingan demi mendapatkan enerji tersebut, maka ketika ada satu unsur yang mendapatkan enerji lebih banyak maka akan memperlemah dua unsur kepribadian yang lain kecuali jika ada enerji baru yang ditambahkan atau dipindahkan ke sistem tersebut.
Penyerahan enerji dari Id ke Ego dan Superego akan memicu hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dan kekuatan penahan (antikateksis) yang akan menentukan dinamika kepribadian seseorang. Di sinilah peran Ego dimainkan, dengan enerji yang dimilikinya ia harus mengatur kepribadian secara bijaksana, melakukan pengecekkan kepada Id dan Superego serta menangani dunia eksternal. Individu memiliki peran Ego yang dominan selaras adalah salah satu tanda jiwa yang sehat.
Namun jika Ego lemah dalam mengatur konflik kejiwaan individu tersebut, ia akan menimbulkan perilaku yang abdormal. Contohnya saat Id terlalu mendominasi kepribadian individu akan menyebabkan individu tersebut terlalu cepat bertindak tanpa berpikir dan semaunya sendiri. Sama halnya jika yang terjadi adalah kekuatan Superego yang terlalu kuat akan menjadikan individu tersebut terbelenggu oleh aturan moral dan karena kekuatan ego ideal yang menerapkan standar yang tinggi, individu akan merasa terhambat dan gagal – hingga depresi.

3.         Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah perasaan yang tergeneralisasi atas ketakutan dan kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan suatu peringatan akan terjadinya suatu bahaya atau pengalaman psikologis yang penuh rasa nyeri. Konsep ini merupakan titik pandangan psikoanalisis yang utama. Terdapat 3 jenis kecemasan yaitu:
a.    Kecemasan realitas (reality anxiety), cemas yang didasarkan adanya objek atau ancaman nyata yang menakutkan dari dunia luar. Kecemasan ini adalah tonggak awal lahirnya kecemasan neurotic dan kecemasan moral.
b.    Kecemasan neurotis (neurotic anxiety), cemas yang timbul dari ketakutan memperoleh hukuman yang diyakini jika pemuasan Id dilakukan dengan cara sendiri, padahal hukuman tersebut belum tentu diterimanya. Jika mengalami kecemasan ini maka akan menimbulkan distress, panik, hingga tak dapat membedakan antara khayalan dan realita.
c.    Kecemasan moral (moral anxiety), cemas yang dirasakan saat tindakan-tindakan baik yang nyata maupun yang dipikirkan bertentangan dengan Superego sehingga menimbulkan perasaan bersalah. Pada kecemasan ini individu masih mampu berpikir realistik karena pengaruh besar Superego.
4.         Mekanisme Pertahanan
Seringkali Ego tak dapat mengambil tindakan penyelesaian yang rasional dan memadai, sehingga individu menciptakan penggantinya berupa tindakan irrasional yang disebut mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanism). Tindakan ini hanya tindakan palivatif saja (tidak tuntas, tidak sesuai kenyataan). Hal yang paling penting dalam mekanisme pertahanan diri adalah konsep ketidaksadaran, karena itu proses penanggulangannya tidak rasional.
Menurut Freud, Ego merespon impuls Id dengan dua cara:
a.    Membentengi impuls sehingga tidak muncul sebagai tigkah laku sadar.
b.    Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Freud mempunyai tujuh mekanisme pertahanan yang menurutnya individu akan memakai lebih dari satu mekanisme untuk melindungi dirinya dari kecemasan. Tujuh mekanisme tersebut yakni:
a.    Identification, meniru atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasi memuaskan keinginan Id.
b.    Displacement, proses mengganti objek kateksis demi meredakan teganagn melalui proses kompromi antara tuntutan insting Id dan realitas Ego.
c.    Repression, proses Ego memakai kekuatan antikateksis untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, pikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
d.   Fixation, terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan selanjutnya terlalu sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang sangat kuat.
e.    Regression, mundurnya individu ke tahap perkembangan terdahulu – yang membuat dia merasa puas.
f.     Reaction formation, tindakan difensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran.
g.    Projection, mekanisme mengubah kecemasan neurotik menjadi kecemasan realistik, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari objek eksternal kepda diri orang iu sendiri.
Semua mekanisme tersebut masing-masing mempunyai kesamaan ciri yaitu:
a.    Beroperasi pada tingkat tak sadar
b.    Bersifat selalu menolak, memalsu, atau memutarbalikkan kenyataan
c.    Mengubah persepnya nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi berkurang

Sunday, December 16

Struktur Kepribadian



      Dari awal dicetuskannya teori psikoanalisis sampei tahun 1920an Sigmund Freud bertahan dengan melibatkan 3  unsur kejiwaan dalam konflik kejiwaan – sadar, prasadar, dan tak sadar. Tofografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendeskripsikan unsur cermati (awareness) dalam setiap peristiwa mental seperti berfikir dan berfantasi.
1.                       Sadar (conscious)
Berisi hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal, materi daerah ini hanya bertahan dalam waktu yang singkat lalu kemudian akan ditekan ke daerah ketidaksadaran ketika individu tersebut mengalihkan perhatiannya ke cue yang lain. Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke ranah kesadaran.
2.                       Prasadar (preconscious)
Berisi materi yang berasal dari conscious dan unconscious, yakni tingkat kesadaran yang menjembatani antara sadar dan tak sadar atau disebut  juga available memory (memori siap). Jika sensor sadar menangkap bahaya yang timbul dari materi tak sadar ia akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Pengalaman yang mencuri perhatian tersebut, semula disadari tetapi kemudian tidak diperhatikan lalu akan ditekan dan pindah ke daerah prasadar. Materi yang berada dalam daerah prasadar itu bias muncul dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
3.                       Tak Sadar (unconsciuos)
Freud yakin bahwa unconscious adalah bagian terpenting dari jiwa manusia dan bagian paling dalam dari struktur kesadaran. Freud membuktikan bahwa ranah tak sadar bukanlah sekedar abstraksi hipotetik melainkan kenyataan empirik yang berisi insting, impuls, dan drives. Isi dari ketidaksadaran tersebut dibaa sejak lahir dan atau dari pengalaman traumatik. Materi ketidaksadaran cenderung kuat mempertahankan keberadaannya di alam ketidaksadaran. Maka dari itu, ketidaksadaran sangat besara pengaruhya dalam mengatur tingkah laku yang tetap tidak disadari.


          Model struktural Id, Ego, dan Superego baru dikenalkan tahun 1923, struktur yang baru ini tidak mengubah struktur kepribadian yang lama, melainkan melengkapi terlebih dari segi fungsi atau tujuannya.
1.                   Id
Dalam bahasa Latin disebut juga Is sedangkan dalam bahasa Jerman adalah Es, merupakan sistem kepribadian yang asli dan dibawa sejak lahir. Freud berpendapat bahwa dari Id-lah muncul struktur Ego dan Superego. Id berisi materi ketidaksadaran, beroperasi dalam daerah tersebut untuk mewakili subjektivitas yang tidak disadari sepanjang usia karena Id adalh materi yang tidak mengetahui benar-salah. Id memperoleh enerji psikis dari proses fisik yang nantinya akan ia gunakan untuk mengoperasikan struktur kepribadian lain.
Id beroperasi dengan pleasure principle, yaitu berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan (rasa sakit) serta mengembalikan diri ke ingkat enerji yang rendah (kenikmatan). Prinsip ini diproses dengan dua cara: (1) reflex actions adalah reaksi  otomatis,  untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. (2) primary process adalah tindakan primer, reaksi membayangakan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan (wishfulfillment), untuk menangani stimulus kompleks.
2.                   Ego
Dalam bahasa Jerman disebut Das Ich, merupakan eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang sebgaian besar beroperasi di daerah sadar. Ego berkembang dari Id dan mendapatkan enerji dari Id agar individu dapat menangani realita. Karena itu Ego bekerja dengan reality principle dengan berusaha memperoleh kepuasan yang tuntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang lebih nyayta untuk memuaskan kebutuhan.
Prinsip yang digunakan Ego dikerjakan melalui dua proses: (1) secondary process, berpikir dan menyusun rencana secara realistic; dan (2) reality testing, menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud atau tidak dengan melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah dipikirkan secara realistik.
Selain itu Ego mempunyai dua tugas utama: (1) memilih stimuli dan atau insting mana yang akan direspon atau dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan; dan (2) menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan peluang yang memiliki resiko paling minimal. Dengan kata lain, tugas Ego adalah menyeimbangkan kebutuhan Id dan Superego serta dunia eksternal.
3.                   Superego
Dalam bahasa Jerman adalah Das Ueber Ich, merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. Superego berkembang dari Ego dan mendapatkan enerji dari Id. Sama dengan Id, Superego tak mempunyai kontak dengan dunia luar sehingga untuk pemenuhan kebutuhan kesempurnaan yang didambakannya tidak realistik. Oleh karena itu, Superego bersifat irrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan yang dilakukan maupun hanya dalam pikiran Ego dan menunda atau bahkan merintangi pemuasan kebutuhan Id.
Fungsi yang dimiliki Superego ada 3: (1) mendorong Ego untuk mengganti tujuan-tujuan yang realistik dengan tujuan yang moralistik; (2) merintangi impuls Id, terutama yang melanggar nilai-nilai masyarakat; dan (3) mengejar kesempurnaan. Dalam menjalannkan fungsinya, Superego menerapkan idealistic principle yang berlawanan dengan prinsip kenikmatan ID dan prinsip realitas Ego. Idealistic principle mempunyai dua subprinsip, yakni: (1) conscience atau suara hati, berisi apapun yang tidak boleh dilakukan; dan (2) ego ideal atau standar kesempurnaan, berisi apresiasi (persetujuan, hadiah, pujian) yang disampaikan pihak lain.


          Struktur kepribadian Id-Ego-Superego adalah nama dari sistem struktur dan proses psikologik yang mengikuti prinsip tertentu, bukan bagian yang menjalankan kepribadian. Mereka saling berinteraksi dalam mengatur tingkah laku.

Monday, December 10

Paradigma Psikoanalisis


Dr. Sigmund Freud, dokter muda yang mengemukakan gagasan bahwa, kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadarnya, sehingga tingkah laku individu banyak didasari oleh hal-hal yang juga tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan. Freud mempelajari kepribadian dan perilaku abnormal dari aliran psikologi melalui proses pengobatan gejala-gejala histeria mulai dari pembiusan kemudian beralih ke hipnosis dan terapi bicara atau psikolanalisa yang mengutamakan pentingnya proses ketidaksadaran.
Paradigma ini berasal dari dua asumsi dasar; pertama manusia adalah bagian dari dunia binatang, dan manusia adalah bagian dari system enerji. Sebagai binatang, manusia adalah organisme hidup yang membutuhkan enerji. Kunci utama untuk memahami manusi menurut paradigm psikoanalisis adalah mengenali insting-insting seksual dan agresi, yaitu dorongan biologik yang memebutuhkan kepuasan. Insting yang bersifat herediter berbanding lurus atau sejalan dengan pertumbuhan usia. Pada setiap tahap pertumbuhan biologik menyediakan bagian-bagian tubuh tertentu untuk menjadi pusat sensasi kepuasan. Jika individu ingin selalu hidup dalam kepuasan dengan kata lain hidup sehat, maka ia harus menyingkirkan semua penyebab ketidakpuasan yang merupakan metafora dari kuman pengganggu sepanjang kehidupannya.
Setiap orang harus memafaatkan enerji psikis yang ia miliki untuk hal yang positif , ketika ia salah menggunakan enerjinya maka orang tersebut tidak akan mendapatkan kepuasannya secara wajar dan muncullah simptom-simptom neurotik. Dalam hal ini, psikoanalisis mencoba menjelaskan bagaimana membebaskan enerji yang dipakai oleh symptom neurotik, mengembalikan jalur enerji instingtif ke aktivitas yang dikehendaki. Psikoanalisis berkembang luas, kerena masyarakat luas terbiasa memendang gangguan tingkah laku sebagai penyakit. Pakar psikoanalisis banyak yang memilikinlatar belakang profesi medic (psikiatri), mereka menempatkan diri sebagai seorang terapis yang dengan teknik khataris dan free association dipandang layaknya pil ajaib untuk menyembuhkan gangguan tingkah laku tersebut.
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kepribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori psikoanalisis menjadi teori yang paling komprehensif di antara teori keribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak, baik itu positif ataupun negatif. Peran penting dari ketidaksadaran besera insting-insting seks dan agresi yang ada di dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya atau temuan Freudyang paling monumental. Sistematika yang dipakai Freud untuk mendeskrisdikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni: struktur, dinamika, serta perkembangan kepribadian banyak diikuti pakar kepribadian lain untuk mengembangkan teori kepribadiannya sendiri, seperti C. G. Jung, A. Alder, Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan H. S. Sullivan. Mereka mencoba mendeskripsikan bagaimana struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian beserta elemen-elemen pendukungnya agar dapat mendeteksi adanya penyimpangan tingkah laku dan bagaimana cara mengatasinya.
Lalu, bagaimana strutur kepribadian menurut Sigmund Freud? 

Kepribadian


Psikologi datang sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya. Sejak lahirnya ilmu psikologi pada akhir abad 18, kepribadian menjadi salah satu pokok bahasan yang penting karena hanya dengan memahami kepribadian kita dapat memahami manusia seutuhnya. Teori psikologi kepribadian bersifat deskriptif dalam penggambaran organisasi tingkah laku secara sistematis dan mudah difahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan; pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab-musabab, pendorong, motivator, dan atau latar belakangnya (determinisme psikologi), yang harus diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan makna, agar mendapat tilikan yang cermat dan teliti ketika dilakukan pendeskripsian tingkah laku  memakai sistematik yang ajeg dan komunikatif. Teori psikologi kepribadian memahami individu secara spesifik; siapa dia, apa yang dimilikinya, dan apa yang dikerjakannya. Analisis terhadap selain individu (misalnya kolompok, bangsa, binatang atau mesin) berarti memandang mereka sebagai individu bukan sebaliknya.
      Kepribadian dapat difahami sebagai bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi. Ketika kita memahami kepribadian maka akan sangat dipengaruhi oleh paradigma untuk memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Banyak ahli kepribadian yang meyakini paradigma yang berbeda-beda. Sebagian ahli kepribadian mengungkap paradigmanya secara tegas dan sebagian lain mengungkap paradigma mereka secara tersamar. Di sini, saya hanya akan membahas salah satu paradigma yang begitu fenomenal dari sekian banyak paradigma para ahli kepribadian lainnya.
      Paradigma Psikoanalisis atau Tradisi Klinik-Psikiatri merupakan satu dari empat paradigma yang paling banyak dijadikan acuan. Dasar pendapat dan pandangan psikoanalisis berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tak ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudra. Hanya sebagian kecil yang tampak ke permukaan, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air merupakan bagian atau lapangan ketidaksadaran mental manusia suatu gudan untuk pikiran kompleks, perasaan, dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung. Tetapi ia terus memengaruhi tingkah laku manusia.
      Mari kita bahas lebih lanjut…