Monday, December 10

Kepribadian


Psikologi datang sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya. Sejak lahirnya ilmu psikologi pada akhir abad 18, kepribadian menjadi salah satu pokok bahasan yang penting karena hanya dengan memahami kepribadian kita dapat memahami manusia seutuhnya. Teori psikologi kepribadian bersifat deskriptif dalam penggambaran organisasi tingkah laku secara sistematis dan mudah difahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan; pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab-musabab, pendorong, motivator, dan atau latar belakangnya (determinisme psikologi), yang harus diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan makna, agar mendapat tilikan yang cermat dan teliti ketika dilakukan pendeskripsian tingkah laku  memakai sistematik yang ajeg dan komunikatif. Teori psikologi kepribadian memahami individu secara spesifik; siapa dia, apa yang dimilikinya, dan apa yang dikerjakannya. Analisis terhadap selain individu (misalnya kolompok, bangsa, binatang atau mesin) berarti memandang mereka sebagai individu bukan sebaliknya.
      Kepribadian dapat difahami sebagai bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi. Ketika kita memahami kepribadian maka akan sangat dipengaruhi oleh paradigma untuk memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Banyak ahli kepribadian yang meyakini paradigma yang berbeda-beda. Sebagian ahli kepribadian mengungkap paradigmanya secara tegas dan sebagian lain mengungkap paradigma mereka secara tersamar. Di sini, saya hanya akan membahas salah satu paradigma yang begitu fenomenal dari sekian banyak paradigma para ahli kepribadian lainnya.
      Paradigma Psikoanalisis atau Tradisi Klinik-Psikiatri merupakan satu dari empat paradigma yang paling banyak dijadikan acuan. Dasar pendapat dan pandangan psikoanalisis berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tak ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudra. Hanya sebagian kecil yang tampak ke permukaan, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air merupakan bagian atau lapangan ketidaksadaran mental manusia suatu gudan untuk pikiran kompleks, perasaan, dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung. Tetapi ia terus memengaruhi tingkah laku manusia.
      Mari kita bahas lebih lanjut…

No comments:

Post a Comment