Kegiatan
psikologik membutuhkan enerji, yaitu enerji psikis yang merupakan enerji yang
diubah bentuk dari enerji fisik melalui Id beserta insting-instingnya. Berikut
adalah faktor-faktor penentu dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud:
1.
Insting
Perwujudan
psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut kepuasan adalah pengertian dari
insting. Secara kuantitatif insting merupakan enerji psikik yang menggerakkan
proses kepribadian. Enerji ini dapat ditelusuri kejelasannya melalui: (1)
sumber (source), merupakan kondisi
jasmaniah atau kebutuhan; (2) tujuan (aim),
yaitu usaha untuk mengembalikan ke keadaan tenang sebelum munculnya insting,
bersifat konstan, regresif, dan konservatif; (3) objek (object), adalah sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang
timbul dengan pemenuhannya; dan (4) daya dorong (impetus), yakni kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap
waktu.
Ada
dua jenis insting yaitu insting hidup (eros) dan insting mati (tanatos).
Insting jenis pertama berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan
kehidupan dan seksualitas, sedangkan insting kedua adalah dorongan untuk
menghancurkan yang ada pada setiap tubuh manusia dan dinyatakan dalam
perkelahian, pembunuhan, sadisme, perang, dan lain sebagainya.
2.
Distribusi dan
Pemakaian Energi
Ilmu Fisika sangat berhasil dalam
abad sembilan belas, dan Freud sangat dipengaruhi oleh ahli fisika Jerman, Hermann von
Helmholtz, yang berpendapat bahwa peristiwa fisiologis juga dapat dijelaskan
oleh prinsip yang sama. Freud sangat terkesan dengan prinsip kekekalan enerji
yang menyatakan bahwa enerji dapat
diubah namun tak dapat diciptakan ataupun dihilangkan. Selain itu Freud
menyatakan bahwa manusia juga merupakan
sistem enerji tertutup. Dalam tiap diri individu terdapat enerji psikis
yang disebut Libido (nafsu).
Karena jumlah enerji psikis yang
terbatas dan ketiga unsur tersebut
mengalami persaingan demi mendapatkan enerji tersebut, maka ketika ada
satu unsur yang mendapatkan enerji lebih banyak maka akan memperlemah dua unsur
kepribadian yang lain kecuali jika ada enerji baru yang ditambahkan atau
dipindahkan ke sistem tersebut.
Penyerahan enerji dari Id ke Ego
dan Superego akan memicu hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dan kekuatan penahan (antikateksis) yang akan menentukan
dinamika kepribadian seseorang. Di sinilah peran Ego dimainkan, dengan enerji
yang dimilikinya ia harus mengatur kepribadian secara bijaksana, melakukan
pengecekkan kepada Id dan Superego serta menangani dunia eksternal. Individu
memiliki peran Ego yang dominan selaras adalah salah satu tanda jiwa yang
sehat.
Namun jika Ego lemah dalam mengatur
konflik kejiwaan individu tersebut, ia akan menimbulkan perilaku yang abdormal.
Contohnya saat Id terlalu mendominasi kepribadian individu akan menyebabkan
individu tersebut terlalu cepat bertindak tanpa berpikir dan semaunya sendiri.
Sama halnya jika yang terjadi adalah kekuatan Superego yang terlalu kuat akan
menjadikan individu tersebut terbelenggu oleh aturan moral dan karena kekuatan ego ideal yang menerapkan standar yang
tinggi, individu akan merasa terhambat dan gagal – hingga depresi.
3.
Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah perasaan yang tergeneralisasi atas ketakutan dan
kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan suatu peringatan akan terjadinya suatu
bahaya atau pengalaman psikologis yang penuh rasa nyeri. Konsep ini merupakan
titik pandangan psikoanalisis yang utama. Terdapat 3 jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan
realitas (reality anxiety), cemas yang didasarkan adanya
objek atau ancaman nyata yang menakutkan dari dunia luar. Kecemasan ini adalah
tonggak awal lahirnya kecemasan neurotic dan kecemasan moral.
b. Kecemasan
neurotis (neurotic anxiety), cemas yang timbul dari
ketakutan memperoleh hukuman yang diyakini jika pemuasan Id dilakukan dengan cara
sendiri, padahal hukuman tersebut belum tentu diterimanya. Jika mengalami
kecemasan ini maka akan menimbulkan distress, panik, hingga tak dapat
membedakan antara khayalan dan realita.
c. Kecemasan
moral (moral anxiety), cemas yang dirasakan saat tindakan-tindakan baik yang
nyata maupun yang dipikirkan bertentangan dengan Superego sehingga menimbulkan
perasaan bersalah. Pada kecemasan ini individu masih mampu berpikir realistik
karena pengaruh besar Superego.
4.
Mekanisme Pertahanan
Seringkali Ego tak dapat mengambil
tindakan penyelesaian yang rasional dan memadai, sehingga individu menciptakan
penggantinya berupa tindakan irrasional yang disebut mekanisme pertahanan diri
(ego defense mechanism).
Tindakan ini hanya tindakan palivatif saja (tidak tuntas, tidak sesuai
kenyataan). Hal yang paling penting dalam mekanisme pertahanan diri adalah
konsep ketidaksadaran, karena itu proses penanggulangannya tidak rasional.
Menurut
Freud, Ego merespon impuls Id dengan dua cara:
a. Membentengi
impuls sehingga tidak muncul sebagai tigkah laku sadar.
b. Membelokkan
impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Freud mempunyai tujuh mekanisme
pertahanan yang menurutnya individu akan memakai lebih dari satu mekanisme
untuk melindungi dirinya dari kecemasan. Tujuh mekanisme tersebut yakni:
a.
Identification,
meniru atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasi
memuaskan keinginan Id.
b.
Displacement,
proses mengganti objek kateksis demi meredakan teganagn melalui proses kompromi
antara tuntutan insting Id dan realitas Ego.
c.
Repression,
proses Ego memakai kekuatan antikateksis untuk menekan segala sesuatu (ide,
insting, ingatan, pikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
d.
Fixation,
terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan selanjutnya terlalu sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan
yang sangat kuat.
e.
Regression,
mundurnya individu ke tahap perkembangan terdahulu – yang membuat dia merasa
puas.
f.
Reaction
formation, tindakan difensif dengan cara mengganti
impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya
dalam kesadaran.
g.
Projection, mekanisme mengubah kecemasan neurotik menjadi kecemasan
realistik, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam
dipindahkan ke objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari
objek eksternal kepda diri orang iu sendiri.
Semua mekanisme tersebut
masing-masing mempunyai kesamaan ciri yaitu:
a. Beroperasi
pada tingkat tak sadar
b. Bersifat
selalu menolak, memalsu, atau memutarbalikkan kenyataan
c. Mengubah
persepnya nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi berkurang